Monday, April 28, 2008

MENGOLAH LIMBAH DETERJEN DAN LIMBAH MANDI

Isu yang menggema saat ini adalah tentang PEMANASAN GLOBAL, atau istilah kerennya GLOBAL WARMING. Manusia menyadari bahwa dengan semakin banyaknya penghuni planet bumi ini semakin kompleks juga permasalahan yang timbul. Satu hal yang dikhawatirkan adalah planet kita tercinta ini akan menjadi semakin tidak nyaman bahkan suatu saat akan membahayakan para penghuninya sebagai akibat explorasi yang berlebihan yang tidak diimbangi upaya penyelamatannya. Sebagian orang bahkan tidak mempedulikan hal ini yang penting bisa meraup keuntungan, bisa bersenang-senang. Bayangkan bagaimana nasib generasi penerus kita? Apa tindakan kita? Tak usah memikirkan hal-hal spektakuler atau proyek luar biasa yang harus kita lakukan. Hal-hal kecil dan sederhana bahkan teramat mudah kita lakukan sering kita lewatkan begitu saja. Sudahkah anda membuang sampah pada tempatnya? Atau mengajarkannya kepada anak-anak anda? Menggunakan listrik seperlunya? Menggunakan bahan bakar seperlunya dengan memakai kendaraan anda bila perlu? Mudah bukan? Tetapi sangat sulit melakukannya. Mari kita mulai dengan hal-hal kecil ini. Berikut ini adalah suatu ilustrasi yang bisa kita terapkan di rumah kita sebagai tindakan kecil untuk menjaga kenyamanan bumi kita.

Pada tahun 1977, saat Jakarta dipimpin Ali Sadikin, pabrik-pabrik detergen gulung tikar dan mengalihkan dagangannya ke luar Jakarta. Ini karena ada surat keputusan gubernur yang melarang penggunaan detergen keras, yakni detergen yang mengandung fosfat dengan kadar tinggi.

Aturan ini diberlakukan karena pada masa itu mulai banyak rumah tangga yang membuang sisa limbahnya ke sungai. Akibatnya, sungai banyak mengandung fosfat yang dapat membuat fitoplankton dan mikroorganisme tumbuh subur di air. Banyaknya kedua makhluk tersebut membuat kandungan oksigen di dalam air sungai berkurang. Pada akhirnya, makhluk hidup air seperti ikan tidak akan bisa bertahan hidup.

"Greywater" dan "Blackwater"

Selain sisa detergen, rumah tangga juga mengasilkan limbah dari dapur dan limbah bekas mandi. Ketiga limbah ini dikenal dengan nama greywater atau limbah nonkakus. Rumah tangga juga menghasilkan limbah kotoran manusia, yang dikenal dengan blackwater. Beberapa ahli sanitasi menambahkan satu kategori lagi untuk limbah tetesan AC dan kulkas sebagai clearwater. Dalam kehidupan sehari-hari, clearwater umumnya tidak berjumlah banyak, terutama dari kulkas, sehingga sulit diolah untuk dimanfaatkan kembali. Tetesan AC jumlahnya sedikit lebih banyak dan bila ditampung dalam wadah dapat langsung digunakan untuk keperluan bersih-bersih, misalnya cuci piring atau pakaian.

Umumnya, orang membuang limbah greywater langsung ke selokan yang ada di depan rumah, tanpa diolah terlebih dahulu. Akibatnya, sungai—yang menjadi tempat bermuaranya selokan—tercemar; warnanya menjadi coklat dan mengeluarkan bau busuk. Selain bisa menyebabkan ikan-ikan mati, zat-zat polutan yang terkandung di dalam limbah juga bisa menjadi sumber penyakit, seperti kolera, disentri, dan berbagai penyakit lain. Coba tengok pengalaman di kota London tahun 1848 dan 1853. Kala itu terjadi wabah kolera yang menewaskan 10.000 penduduk di sekitar Sungai Themes. Usut punya usut, ternyata wabah itu disebabkan Sungai Themes tercemar limbah rumah tangga.

Mesti diolah
Berbeda dengan blackwater, greywater tidak dapat dibuang ke septic tank karena kandungan detergen dapat membunuh bakteri pengurai yang dibutuhkan septic tank. Karena itu, diperlukan pengolahan khusus yang dapat menetralisasi kandungan detergen dan juga menangkap lemak.

Cara yang paling sederhana mengatasi pencemaran greywater adalah dengan menanami selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar. Tanaman yang bisa digunakan, antara lain jaringao, Pontederia cordata (bunga ungu), lidi air, futoy ruas, Thypa angustifolia (bunga coklat), melati air, dan lili air. Cara ini sangat mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tak bisa menyaring lemak dan sampah hasil dapur yang ikut terbuang ke selokan.

Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering disebut dengan sistem pengolahan air limbah (SPAL). Caranya gampang; bahan yang dibutuhkan adalah bahan yang murah meriah sehingga rasanya tak sulit diterapkan di rumah Anda.

Instalasi SPAL terdiri dari dua bagian, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Di dalam bak pengumpul terdapat ruang untuk menangkap sampah yang dilengkapi dengan kasa 1 cm persegi, ruang untuk penangkap lemak, dan ruang untuk menangkap pasir.

Tangki resapan dibuat lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat mengalir lancar. Di dalam tangki resapan ini terdapat arang dan batu koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar yang ada dalam greywater.

Cara kerja
Air bekas cucian atau bekas mandi dialirkan ke ruang penangkap sampah yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan tersaring dan air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung pasir, pasir akan mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak—karena berat jenisnya lebih ringan—akan mengambang di ruang penangkap lemak.

Air yang telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa yang berada di tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi lubang sehingga air akan keluar dari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran pembuangan, air akan melewati penyaring berupa batu koral dan batok kelapa.

Beberapa kompleks perumahan—seperti Lippo Karawaci—dan hampir semua apartemen telah memiliki instalasi pengolah limbah greywater yang canggih dan modern. Greywater yang telah diolah akan digunakan lagi untuk menyiram tanaman, mengguyur kloset, dan untuk mencuci mobil. Di Singapura dan negara-negara maju, greywater bahkan diolah lagi menjadi air minum. (rma)

(sumber : kompas cyber media, 28 April 2008)

Monday, January 21, 2008

Natal & Tahun baru Bersama IKS Jakarta

Meskipun agak terlambat, IKS Jakarta tetap merayakan Natal 2007 & Tahun Baru 2008 bersama pada hari Minggu, 20 Januari 2008. "Mumpung masih suasana tahun baru", begitulah komentar beberapa anak muda/i Sokoria. Rupa-rupanya semua enggan membiarkan Natal & Tahun Baru lewat begitu saja tanpa kesan dalam keluarga besar ini. Dengan semangat 45, muda/i Sokoria yang dikomandani bung Oscar Joni menyiapkan perayaan ini. Sederhana tetapi berkesan. Ada Perayaan Misa dan Koor kecil, ada juga santapan siang yang lezat.

Pesta Natal & Tahun Baru kali ini terasa spesial dengan kehadiran Rm Martin Gabe Kira, Pr yang turut mempersembahkan korban Misa. Surprise... ini kesempatan yang langka, Pastor putra Stasi Sokoria hadir di tengah-tengah umat Sokoria di Jakarta. "Bukan suatu kebetulan bahwa saya hadir di sini di tengah-tengah kae', aji, ana wuru, ana mamo lei sawe. Ini adalah rencana Tuhan." Demikian Rm. Martin yang didaulat untuk menyampaikan sepatah dua kata di akhir perayaan Misa. Romo berada di Jakarta dalam rangkaian perjalanan pulang ke paroki tempatnya berkarya di Maumere-Flores setelah kurang lebih 2 1/2 bulan menjalani pengobatan dan terapi di RS St. Elisabeth, Semarang - Jawa Tengah. Memang Romo tidak khusus datang untuk perayaan ini tetapi keberadaannya di Jakarta bertepatan dengan acara Natal & Tahun Baru bersama IKS Jakarta. Dengan kehadiran Rm. Martin, berarti ada dua Imam yang merayakan Misa. karena sejak awal Panitia sudah meminta kesediaan P. Kerans, SVD. Dua Imam dalam perayaan Misa adalah berkat Tuhan yang terindah bagi IKS Jakarta di awal tahun baru 2008.

Selesai Perayaan Misa, acara dilanjutkan dengan santap siang bersama dan ditutup dengan bincang-bincang bersama Romo Martin. Tema yang paling heboh dibicarakan adalah rencana renovasi Gereja St. Maria Fatima Stasi Sokoria dan perkembangan umat di sana, isu pemekaran Paroki Maria Imaculata Ndona. Bisakah Stasi Sokoria menjadi pusat paroki yang baru? Apakah kerinduan umat Stasi Sokoria akan terwujud? Kiranya Tuhan berkenan akan stasi kita tercinta, memberkati niat dan usaha kita untuk mewujudkannya. "Mari kita bersama-sama membenahi stasi kita agar memenuhi persyaratan untuk menjadi sebuah paroki."

Semua yang hadir begitu bersemangat dalam pembicaraan ini hingga tak terasa hari menjelang senja. Saatnya harus berpamitan kepada tuan rumah yang menyediakan tempat perayaan ini, yaitu keluarga Bpk. Gabriel Ghawa (Duta Harapan, Bekasi). Terima kasih bhondo kae', terima kasih juga untuk Romo Martin.

Hadir juga dalam pesta ini adalah sdr Sius dari Ende, yang kebetulan berada di Jakarta dalam suatu perjalanan bisnisnya. "Salam pati ebe lei sawe ghele nua".