Friday, February 23, 2007

LAGU-LAGU Masa PraPaskah

Sekedar mengingat kembali lagu-lagu Masa Puasa dalam Bahasa Lio, berikut adalah teks beberapa lagu dari Jala da gheta Surga :

LELE SAI MIU SERANI

Lele sai miu Serani, susa o Aku dau nesi
ngai dosa miu dingeni, wee tau miu bheni
Nara sai nebu ina, ngaji sai noo ada

Reff:
O Yesus mi, O Yesus mi
Kau nesi susa ria, puu dosa kami gha
Mae' uku kami

Mai ata tolo sai Aku, leka Getsemani maru
ngai puu' sala o miu, Ra Neku bere ina
Tau ate bea sai kau, ngaji sai noo ada

Reff....

Nuka da gheta Kalvari, wangga noo salib eo ndate
Ghai' lima mo pere talo, kau laka Aku saloo'
Tau ate bea sai kau, ngaji sai noo ada

Reff....

Ai leka Salib wee' mata, Ra Neku mbeja dau loka
ngai paku ria dau toka, Ghai' noo Lima Neku
Tau ate bea sai kau, ngaji sai noo ada

Reff....

AI KOLO BENU NEKA

Ai Kolo benu neka, ai Kolo benu ra
Kau Yesus Raja Surga, Kau Raja Dunia
Sai tege gulu karo leka Kolo Santo Kau
O Yesus dosa neku, tau susa Ate Kau

Kau Yesus sala iwa, Pilatus uku Kau
Kau sore kami mbeja, tau mega Ema Kau
Terima kasih Yesus, ngai ola kema Kau
Aku moo wua mesu noo' Kau, du limba wee'

Kau Ana Lembu Allah, Kau soi' kami na
Kau wiki dosa kami, Kau loka lewa Ra
O pati ngawu Surga, tau masa mae neku
O Yesus pati ampun, tau aku fonga ndu

Mudah-mudahan masih ingat lagu / notasinya. Selamat bernyanyi, selamat merenungkan arti Sengsara & Wafat Yesus Kristus.

Monday, February 19, 2007

MASA PRA PASKAH di Sokoria

Tak terasa hampir 2 (dua) bulan kita memasuki tahun 2007. Sebentar lagi Umat Khatolik seluruh dunia akan merayakan Paskah Kebangkitan Yesus yang diawali dengan Masa Pra Paskah /Masa Tobat / Masa Puasa selama kurang lebih 40 (empat puluh) hari. Lusa hari Rabu, 21 Februari 2007 adalah Hari Rabu Abu, hari dimulainya masa Pra Paskah, dimana setiap umat Khatolik menerima abu sebagai tanda tobat.

Ingat masa kecil dahulu ketika masih menetap di Sokoria. Masa Pra Paskah punya arti tersendiri. Suasananya lain daripada hari-hari biasa. Setiap hari Jumat sore ada Upacara Jalan Salib di Gereja. Biasanya dipimpin oleh salah seorang Bapak /Ibu Guru SDK Sokoria 1 / 2, atau SMP Sekolengo atau, salah seorang Pengurus Stasi. Teringat Bp Alfons Wiku, Bp Stefanus Lagu, Bp Leo Y Bea, Bp Pius Tara (alm.), Bp Nico Djoka, Bp Darius Riu, Bp. Malkus Dhapi, Rm. Marten G Kira & Rm Silvester Oba yang pada masa itu masih berprofesi guru awam, Bp Domi Weki (Stasi Pintu Surga / Detuboti), dll. Jalan Salib dalam Bahasa Lio yang sadhu & hikmat, diiringi Nyanyian Lio juga.

"Ine gudu lele seru ata naka Tuhan Yesus, teo gheta Golgota..." dst.

atau "Lele sai miu serani susah eo aku dau nesi, puu' sala miu di ngeni..."dst.

Upacara Liturgi Khatolik yang sudah menyatu dengan kehiduban sehari-hari orang Sokoria, menjadi tradisi turun temurun yang tidak terpisahkan dari budaya dan adat istiadat setempat. Masih bertahankah kebiasaan ini? Atau sudah terkikis oleh perjalanan waktu dan pengaruh modern yang masuk ke Sokoria?
Usai Jalan Salib adalah saat yang juga ditunggu oleh kami (saat itu) anak-anak SD untuk bermain sepak bola di lapangan rumput persis di depan Gereja St. Maria Fatima. "Jala Gheta vs Jala Lau" dengan jumlah tanpa batas. Yang tergabung dalam Group Jala Gheta adalah anak-anak Sokoria Nuaria, Leledala, Kenaguka dan Wololele; sedangkan Group Jala Lau adalah anak-anak Detuboti, Kopoone, Nuamuri, Wolosambi dan Nuanoka. Semua anak boleh turun main. Tanpa Wasit. Ramai sekali. Bermain tanpa batas waktu tertentu dan baru akan berakhir jika matahari sudah hampir menghilang di balik "Lae' Ghai'". Bermain penuh dengan canda, tawa serta sorak sorai. Tidak ada perkelahian, hanya ada ambisi untuk membuat goal sebanyak-banyaknya ke gawang lawan. Betul-betul kegembiraan spontan bocah-bocah kampung yang polos.

Lain lagi suasana di rumah-rumah. Setiap hari Jumat dalam Masa Pra Paskah adalah hari pantang dan puasa. Pantang artinya tidak pakai garam dan lombok/cabe dalam masakan, juga tidak makan daging. Pantang berlaku untuk semua umur. Puasa artinya boleh makan kenyang 1 (satu) kali saja dalam sehari, berlaku hanya untuk orang dewasa (kira-kira 17 tahun ke atas). Tidak boleh ada pesta-pesta atau keramaian.
Cerita di atas hanyalah sepenggal memory yang masih tersimpan sangat baik di dalam lubuk hati saya. Teman-teman atau saudara-saudaraku yang lain pasti punya cerita sendiri tentang Pra Paskah di Sokoria. Kenangan yang teramat manis. Mudah-mudahan kebiasaan-kebiasaan baik ini terus terpelihara di Sokoria.

Berikut ini adalah image/foto Pohon Zaitun di Taman Getsemani masa kini, tempat di mana Tuhan Yesus berdoa pada malam menjelang sengsara dan wafatNYA.
Pohon ini sudah berumur sekitar 900 - 1000 tahun.

Ancient olive tree in Garden of Gethsemane.
The olive trees did not weep when Jesus was crucified but they twisted in pain.
These trees are around 900-1000 years old.

Friday, February 16, 2007

TELEPON SELULAR sudah bisa digunakan di Sokoria (lanjutan)

Bersyukur dan senang.. mungkin itu yang dirasakan orang Sokoria. Kini, jauhnya jarak tidak lagi menjadi kendala yang berarti untuk bisa berkomunikasi dengan sesama saudara yang ada di kampung halaman. Handphone, alat komunikasi modern ini menjadi sarana yang mendekatkan jarak hingga beribu-ribu kilometer. Di sudut dunia manapun kita berada, kita dengan leluasa bisa berhubungan satu sama lain.
"Jauh di mata tetapi dekat di telinga," mungkin ini ungkapan yang tepat. Alangkah senangnya bisa mendengar langsung suara orang-orang tercinta di ujung sana. Mereka yang bertahun-tahun telah kita tinggalkan. Mereka yang bertahun-tahun selalu kita rindukan.
Selamat menikmati layanan tehnologi modern.

Thursday, February 15, 2007

TELEPON SELULAR sudah bisa digunakan di Sokoria

Berita gembira ini disampaikan Kae' Adam Musi dari kota dingin Ruteng - Flores hari ini Kamis, 15 Februari 2006.
"... sekarang ini penggunaan HP di sokoria sudah bisa karena dipusat kota kecamatan Ndona Timur sudah di bangun relly Telkomsel." Demikian Kae' Adam.
Cerita selanjutnya besok lagi ya... sudah malam nih... aku mau tidur dahulu, biar tetap segar bangun esok pagi.
Selamat malam, selamat tidur.... Tuhan beserta kita.

Monday, February 12, 2007

BANJIR melanda Jakarta

Sabtu, 3 Februari 2007, kurang lebih mulai pkl 00.30 WIB, hujan lebat mengguyur Ibu Kota Jakarta. Tidur yang baru mulai lelap harus terjaga. Biasanya kalau hujan begini deras akan menyebabkan banjir di Jakarta. Tak salah prakiraan ini, beberapa saat kemudian banjir mulai merendam hampir seluruh wilayah kota hingga beberapa hari kemudian.

Tidak terkecuali beberapa keluarga Sokoria yang tersebar di beberapa sudut kota ikut menikmati anugerah yang berlebihan ini. Di Sunter Jakarta Utara, rumah beberapa keluarga sempat dikunjungi banjir hingga ketinggian 20 cm. Syukurlah cuma numpang lewat saja. Setelah hujan reda sang banjir pun pamit pergi. Di Bekasi juga sama ceritanya. Lain cerita tentang keluarga yang tinggal di daerah Grogol dan Kalideres Jakarta Barat. Rumah mereka sempat terendam hingga beberapa hari.

Kejadian ini pasti menyebabkan kerugian-kerugian materi, pengalaman yang tidak enak (tentu kita serba kerepotan jika rumah kita terendam banjir, susah ke dapur, tidur tidak nyaman, susah mandi, susah ke toilet, dst) dan menyisakan kenangan yang kurang menyenangkan. Harapan semoga kita semua tetap sabar, tetap semangat untuk melakukan hal-hal lain yang berhubungan dengan hidup kita sehari-hari.
Simpati kami untuk Kel. Bp. Pius Paru dan Kel. Bp. Yan Nai di Jakarta Barat, Kel. Bp. Klemens Re & Kel. Bp Gabriel Ghawa di Bekasi, Kel. (alm) Bp. Thomas Tenda & Kel. Bp. Domi Dosa di Jakarta Utara, juga keluarga lain yang tidak kami sebutkan di sini karena belum ada informasi.
Salam.