Wednesday, January 23, 2013

DUA DUNIA

DUA DUNIA

Sesunggunya Sokoria adalah dunia masa kecilku. Di sini tempat saya bertumbuh bersama saudara-saudaraku, hidup bersama orangtua dan dikelilingi oleh keluarga besarku. Alam Sokoria nan asri dan subur memberikan tempat yang luas dan nyaman sebagai ruang gerakku dan menyediakan makanan berlimpah untuk pertumbuhanku. Keluarga, lingkungan, budaya (adat istiadat), kehiduban beragama, sekolah dasar telah mulai membentuk pribadiku di sini. Alam pegunungan telah menempa tubuhku menjadi kuat dan sehat jiwa dan raga.
Saya sungguh-sungguh tinggal dan menetap di Sokoria hanya sampai berumur 12 (dua belas) tahun, kelas VI SD. Setelah itu lebih pas Sokoria menjadi "home" dalam arti yang sesungguhnya, tempat untuk pulang dari perantauan, melepas lelah dan menemukan kembali keluargaku. Dua belas tahun. Tidak lama. Meskipun demikian ingatan dan kenangan akan Sokoria begitu mendalam dan melekat erat dalam pikiranku. Ketika berada di suatu tempat yang jauh dari Sokoria, yang paling dikenang adalah Sokoria. Seindah dan sebaik apapun tempat itu yang selalu saya rindukan adalah Sokoria, tanah tumpah darah.

Kini saya menetap di suatu tempat yang jauh dari Sokoria, juga jauh berbeda keadaannya dengan Sokoria. Di sini begitu ramai, begitu modern sangat jauh berbeda dengan Sokoria yang asri dan damai. Untuk sebuah keinginan, untuk sebuah cita-cita, untuk sebuah kehiduban, sampai saat ini saya memilih Jakarta sebagai tempat tinggal dan tempat mencari nafkah. Saya memiliki Kartu Tanda Penduduk Jakarta, saya mengikuti irama kehiduban orang Jakarta, saya sah disebut orang Jakarta. Lalu apakah serta merta saya merasa sebagai orang Jakarta? Saya kira tidak. Sejujurnya saya tidak pernah sungguh-sungguh merasa sebagai orang Jakarta. Saya tetap merasa sebagai orang Sokoria. Apakah anda (perantau seperti saya) pernah menyadarinya? Padahal sudah sebagian besar waktu saya habiskan di kota metropolitan ini. Bahkan seringkali saya dan saudara-saudaraku yang berasal dari Sokoria berupaya menegaskan kembali, orang darimana atau "ata apa" sebenarnya kami ini. Salah satu hal nyata dan sering dilakukan adalah mengekspresikan diri lewat tetabuhan NGGO LAMBA, GENDA, tiupan SULING, gerak tari TOJA WANDA PAU, GAWI, ROKATENDA, dst pada setiap kesempatan yang memungkinkan. Tanpa disadari sebernarnya kami ingin banyak orang tahu bahwa kami adalah orang Sokoria (ATA SOKORIA) orang Ende Lio. Tanpa disadari pula ini adalah ungkapan kerinduan paling dalam akan tempat asal yang tidak dapat dipisahkan dari kehiduban sehari-hari. Teruslah menabuh, teruslah menari, NGGO LAMBA, VEKO GENDA, WOGE, WANDA PAU. GAWI karena kita ATA SOKORIA, ata Ende Lio.

Suatu ketika, saat saya pulang ke Sokoria saya ingin sungguh-sungguh merasa sebagai orang Sokoria, seperti saat kecil dulu. Saya begitu terharu dan bahagia ketika menginjakkan kembali kaki di tanah leluhur, tanah tempat saya lahir dan tumbuh. Tetapi jujur ada juga rasa asing yang menyelinap. ada rasa canggung. Banyak yang beruibah selain Keda, Tubu Kanga, dan Sao-Sao Ria. Sudah ada bangunan Sekolah, rumah penduduk yang bagus, sudah ada jalan raya, sudah ada kendaraan beroda yang datang ke Sokoria dan masih banyak yang lain. Sokoria sudah lebih baik saat ini. Selain itu penduduknya pun banyak yang tidak saya kenal lagi yaitu mereka yang dulu masih kecil atau lahir setelah saya meninggalkan Sokoria. Sempat juga merasa sedih dengan kenyataan seperti ini.
Kedatanganku di Sokoria pun hanya sesaat. tidak banyak yang dapat saya rasakan. Belum tentu saya bisa mengikuti upacara-upacara adat yang menjadi ciri khas dan kebanggaan orang Sokoria. Belum tentu saya bisa mengikuti ibadah minggu di Gereja Stasi Sokoria, menyaksikan pemandangan unik, anak sekolah yang berbaris panjang di depan Gereja menunggu dentang lonceng tanda mereka boleh masuk ke dalam Gereja. Belum tentu saya bisa seperti dulu, mengikuti nenek atau om/tanta ke kebun. Dan seterusnya.
Meskipun demikian toh saya tetap merasa sebagai anak atau orang Sokoria. AKU ATA SOKORIA.

DUA DUNIA... hidupku antara Sokoria dan Jakarta. Saya orang Sokoria yang tinggal di Jakarta. Atau, saya orang Jakarta yang berasal dari Sokoria? Terserah, apa kata orang. Dengarkan bisikan hatimu, ATA APA sebenarnya kamu? Jangan pernah lupa dari mana asalmu? MAE' KELO NGADHO KU JEBU KITA. Pemberian termanis adalah sikapmu yang mengharumkan nama tempat asalmu.

Jakarta, Rabu 23 Januari 2013