Tak terasa hampir 2 (dua) bulan kita memasuki tahun 2007. Sebentar lagi Umat Khatolik seluruh dunia akan merayakan Paskah Kebangkitan Yesus yang diawali dengan Masa Pra Paskah /Masa Tobat / Masa Puasa selama kurang lebih 40 (empat puluh) hari. Lusa hari Rabu, 21 Februari 2007 adalah Hari Rabu Abu, hari dimulainya masa Pra Paskah, dimana setiap umat Khatolik menerima abu sebagai tanda tobat.
Ingat masa kecil dahulu ketika masih menetap di Sokoria. Masa Pra Paskah punya arti tersendiri. Suasananya lain daripada hari-hari biasa. Setiap hari Jumat sore ada Upacara Jalan Salib di Gereja. Biasanya dipimpin oleh salah seorang Bapak /Ibu Guru SDK Sokoria 1 / 2, atau SMP Sekolengo atau, salah seorang Pengurus Stasi. Teringat Bp Alfons Wiku, Bp Stefanus Lagu, Bp Leo Y Bea, Bp Pius Tara (alm.), Bp Nico Djoka, Bp Darius Riu, Bp. Malkus Dhapi, Rm. Marten G Kira & Rm Silvester Oba yang pada masa itu masih berprofesi guru awam, Bp Domi Weki (Stasi Pintu Surga / Detuboti), dll. Jalan Salib dalam Bahasa Lio yang sadhu & hikmat, diiringi Nyanyian Lio juga.
"Ine gudu lele seru ata naka Tuhan Yesus, teo gheta Golgota..." dst.
atau "Lele sai miu serani susah eo aku dau nesi, puu' sala miu di ngeni..."dst.
Upacara Liturgi Khatolik yang sudah menyatu dengan kehiduban sehari-hari orang Sokoria, menjadi tradisi turun temurun yang tidak terpisahkan dari budaya dan adat istiadat setempat. Masih bertahankah kebiasaan ini? Atau sudah terkikis oleh perjalanan waktu dan pengaruh modern yang masuk ke Sokoria?
Usai Jalan Salib adalah saat yang juga ditunggu oleh kami (saat itu) anak-anak SD untuk bermain sepak bola di lapangan rumput persis di depan Gereja St. Maria Fatima. "Jala Gheta vs Jala Lau" dengan jumlah tanpa batas. Yang tergabung dalam Group Jala Gheta adalah anak-anak Sokoria Nuaria, Leledala, Kenaguka dan Wololele; sedangkan Group Jala Lau adalah anak-anak Detuboti, Kopoone, Nuamuri, Wolosambi dan Nuanoka. Semua anak boleh turun main. Tanpa Wasit. Ramai sekali. Bermain tanpa batas waktu tertentu dan baru akan berakhir jika matahari sudah hampir menghilang di balik "Lae' Ghai'". Bermain penuh dengan canda, tawa serta sorak sorai. Tidak ada perkelahian, hanya ada ambisi untuk membuat goal sebanyak-banyaknya ke gawang lawan. Betul-betul kegembiraan spontan bocah-bocah kampung yang polos.
Lain lagi suasana di rumah-rumah. Setiap hari Jumat dalam Masa Pra Paskah adalah hari pantang dan puasa. Pantang artinya tidak pakai garam dan lombok/cabe dalam masakan, juga tidak makan daging. Pantang berlaku untuk semua umur. Puasa artinya boleh makan kenyang 1 (satu) kali saja dalam sehari, berlaku hanya untuk orang dewasa (kira-kira 17 tahun ke atas). Tidak boleh ada pesta-pesta atau keramaian.
Cerita di atas hanyalah sepenggal memory yang masih tersimpan sangat baik di dalam lubuk hati saya. Teman-teman atau saudara-saudaraku yang lain pasti punya cerita sendiri tentang Pra Paskah di Sokoria. Kenangan yang teramat manis. Mudah-mudahan kebiasaan-kebiasaan baik ini terus terpelihara di Sokoria.
Berikut ini adalah image/foto Pohon Zaitun di Taman Getsemani masa kini, tempat di mana Tuhan Yesus berdoa pada malam menjelang sengsara dan wafatNYA.
Pohon ini sudah berumur sekitar 900 - 1000 tahun.
Ancient olive tree in Garden of Gethsemane.
The olive trees did not weep when Jesus was crucified but they twisted in pain.
These trees are around 900-1000 years old.
No comments:
Post a Comment
Thanks for your comment