DUA DUNIA
Sesunggunya Sokoria
adalah dunia masa kecilku. Di sini tempat saya bertumbuh bersama
saudara-saudaraku, hidup bersama orangtua dan dikelilingi oleh keluarga
besarku. Alam Sokoria nan asri dan subur memberikan tempat yang luas dan
nyaman sebagai ruang gerakku dan menyediakan makanan berlimpah untuk
pertumbuhanku. Keluarga, lingkungan, budaya (adat istiadat), kehiduban
beragama, sekolah dasar telah mulai membentuk pribadiku di sini. Alam
pegunungan telah menempa tubuhku menjadi kuat dan sehat jiwa dan raga.
Saya
sungguh-sungguh tinggal dan menetap di Sokoria hanya sampai berumur 12 (dua belas)
tahun, kelas VI SD. Setelah itu lebih pas Sokoria menjadi "home" dalam arti yang sesungguhnya, tempat untuk pulang dari perantauan, melepas lelah dan menemukan kembali keluargaku. Dua belas tahun. Tidak lama. Meskipun demikian ingatan dan kenangan akan Sokoria
begitu mendalam dan melekat erat dalam pikiranku. Ketika berada di suatu
tempat yang jauh dari Sokoria, yang paling dikenang adalah Sokoria.
Seindah dan sebaik apapun tempat itu yang selalu saya rindukan adalah
Sokoria, tanah tumpah darah.
Kini saya menetap di suatu tempat yang jauh
dari Sokoria, juga jauh berbeda keadaannya dengan Sokoria. Di sini
begitu ramai, begitu modern sangat jauh berbeda dengan Sokoria yang asri
dan damai. Untuk sebuah keinginan, untuk sebuah cita-cita, untuk sebuah
kehiduban, sampai saat ini saya memilih Jakarta sebagai tempat tinggal
dan tempat mencari nafkah. Saya memiliki Kartu Tanda Penduduk Jakarta,
saya mengikuti irama kehiduban orang Jakarta, saya sah disebut orang
Jakarta. Lalu apakah serta merta saya merasa sebagai orang Jakarta? Saya
kira tidak. Sejujurnya saya tidak pernah sungguh-sungguh merasa sebagai
orang Jakarta. Saya tetap merasa sebagai orang Sokoria. Apakah anda
(perantau seperti saya) pernah menyadarinya? Padahal sudah sebagian
besar waktu saya habiskan di kota metropolitan ini. Bahkan seringkali
saya dan saudara-saudaraku yang berasal dari Sokoria berupaya menegaskan
kembali, orang darimana atau "ata apa" sebenarnya kami ini. Salah satu
hal nyata dan sering dilakukan adalah mengekspresikan diri lewat
tetabuhan NGGO LAMBA, GENDA, tiupan SULING, gerak tari TOJA WANDA PAU,
GAWI, ROKATENDA, dst pada setiap kesempatan yang memungkinkan. Tanpa
disadari sebernarnya kami ingin banyak orang tahu bahwa kami adalah
orang Sokoria (ATA SOKORIA) orang Ende Lio. Tanpa disadari pula ini
adalah ungkapan kerinduan paling dalam akan tempat asal yang tidak dapat
dipisahkan dari kehiduban sehari-hari. Teruslah menabuh, teruslah
menari, NGGO LAMBA, VEKO GENDA, WOGE, WANDA PAU. GAWI karena kita ATA
SOKORIA, ata Ende Lio.
Suatu ketika, saat saya
pulang ke Sokoria saya ingin sungguh-sungguh merasa sebagai orang
Sokoria, seperti saat kecil dulu. Saya begitu terharu dan bahagia ketika
menginjakkan kembali kaki di tanah leluhur, tanah tempat saya lahir dan
tumbuh. Tetapi jujur ada juga rasa asing yang menyelinap. ada rasa
canggung. Banyak yang beruibah selain Keda, Tubu Kanga, dan Sao-Sao Ria.
Sudah ada bangunan Sekolah, rumah penduduk yang bagus, sudah ada jalan
raya, sudah ada kendaraan beroda yang datang ke Sokoria dan masih banyak
yang lain. Sokoria sudah lebih baik saat ini. Selain itu penduduknya
pun banyak yang tidak saya kenal lagi yaitu mereka yang dulu masih kecil
atau lahir setelah saya meninggalkan Sokoria. Sempat juga merasa sedih
dengan kenyataan seperti ini.
Kedatanganku di Sokoria pun hanya
sesaat. tidak banyak yang dapat saya rasakan. Belum tentu saya bisa
mengikuti upacara-upacara adat yang menjadi ciri khas dan kebanggaan
orang Sokoria. Belum tentu saya bisa mengikuti ibadah minggu di Gereja
Stasi Sokoria, menyaksikan pemandangan unik, anak sekolah yang berbaris
panjang di depan Gereja menunggu dentang lonceng tanda mereka boleh
masuk ke dalam Gereja. Belum tentu saya bisa seperti dulu, mengikuti
nenek atau om/tanta ke kebun. Dan seterusnya.
Meskipun demikian toh saya tetap merasa sebagai anak atau orang Sokoria. AKU ATA SOKORIA.
DUA
DUNIA... hidupku antara Sokoria dan Jakarta. Saya orang Sokoria yang
tinggal di Jakarta. Atau, saya orang Jakarta yang berasal dari Sokoria?
Terserah, apa kata orang. Dengarkan bisikan hatimu, ATA APA sebenarnya
kamu? Jangan pernah lupa dari mana asalmu? MAE' KELO NGADHO KU JEBU
KITA. Pemberian termanis adalah sikapmu yang mengharumkan nama tempat
asalmu.
Jakarta, Rabu 23 Januari 2013
GBU
ReplyDeleteTerimakasih bung Donatus, sudah mengunjungi blog ini.
ReplyDeleteMohon maaf, admin terlalu lama berlibur dan baru kunjungi dan udate kembali blog ini.
GBU too.