Thursday, October 8, 2009

RINDU SOKORIA

Tadi sekitar pkl. 12.30 - 15.00 WIB, saya keluyuran menyusuri ruas jalanan Jakarta, naik motor. Panas menyengat. Untung saya pakai jacket dan sarung tangan sehingga kulit tidak terbakar panas matahari. Saya teringat Sokoria yang sejuk dingin dan sepi. Sungguh jauh berbeda dengan Jakarta. Tiba-tiba saya merindukannya.

Agustus 2005, terakhir saya pulang ke Sokoria. Sudah 4 tahun saya belum kembali lagi ke sana. Sudah seperti apa Sokoria saat ini? Tentu banyak perubahannya. Saya hanya bisa membayangkannya ketika mendengar cerita teman atau saudara yang baru berlibur di Sokoria. Tetapi saya yakin ada yang tidak berubah; Loworia pasti masih terus mengalir, Lapangan rumput di depan Gereja St. Maria Fatima tentu masih ada, Kelikiku tetap setia menanti para perantau pulang, dan seterusnya. Orang bilang, "Tidak ada tempat di dunia yang melebihi keindahan kampung halaman, tanah tumpah darah kita. Bagiku, Sokoria memang paling indah. Undak-undakan sawah di lereng-lereng bukit dengan padi yang gemulai ditiup angin atau gemericik air yang menerobos celah bebatuan, atau kicau riang burung-burung di pagi dan sore hari, bukankah itu hal-hal yang membuatmu takjub dan terpesona? Apa saja yang ada di Sokoria cukup untuk para penghuninya. Tanah yang subur, mata air yang terus mengalir sepanjang tahun, hawa yang sejuk, aneka macam tumbuhan sumber makanan, dan seterusnya. Sokoria benar-benar memanjakan anak-anaknya. Asal kau rajin dan giat berusaha pasti hidupmu nyaman.

Ada satu rahasia kecil yang ingin saya ceritakan dan ini berhubungan dengan hobi saya, yaitu bahwa rata-rata anak lelaki Sokoria bisa bermain sepak bola. Alasannya sederhana karena di sana ada lapangan bola yang cukup memadai. Saya bangga dengan hal ini. Kandang-kadang saya berpikir jika saya bisa kembali menetap di sana, saya ingin mengorganisir atau menjadi mentor sepak bola. Siapa tahu bisa menemukan Cristiano Ronaldo from Sokoria? Kau mungkin menertawakanku. Tetapi saya ingin kau mengetahui bahwa Cristiano Ronaldo, Ronaldinho, Drogba, Maradona, Pele... adalah juga anak-anak kampung di negaranya. Bahkan di antara mereka adalah anak-anak miskin. Bakat, tekad, kemauan yang dilengkapi dengan latihan yang terarah dan teratur membuat mereka menjadi pemain bola hebat. Suatu saat saya berharap ada anak Sokoria yang seperti mereka.

Khayalan... oh khayalan... mungkin saya terlampau rindu dengan Sokoria atau terobsesi dengan CR9 atau Maradona? Saya memang kagum dengan kedua tokoh ini...

Salam rinduku untuk Sokoria Manise....



No comments:

Post a Comment

Thanks for your comment